Sabtu, 24 Desember 2022

 

Struktur Bangunan 3 Lantai Atau Lebih

Sebenarnya struktur bangunan tidak jauh berbeda dengan bangunan lantai 1, seperti ada pondasi, sloof, kolom, pelat, atap, dan sebagainya. Perbedaannya yaitu pada penggunaan jenis, ukuran, bentuk dari masing-masing struktur bangunan tersebut. Perbedaan lainnya yaitu terletak pada tambahan elemen bangunannya. Pada bangunan lantai 3 atau lebih biasanya ada sebuah tangga atau lift, basemen, balkon dan lain-lain.

 I.            Struktur Bawah

A.    Basemen

Basement adalah sebuah tingkat atau beberapa tingkat dari bangunan yang   keseluruhan atau sebagian terletak di bawah tanah. Basement adalah ruang bawah tanah yang merupakan bagian dari bangunan gedung (Studio, 2020). 

Gambar 1 Contoh basemen (arsitur.com)

Dari segi strukturnya basemen fungsi basemen adalah untuk memperdalarn kedalaman dasar pondasi yang memberikan pengaruh terhadap kenaikan besarnya daya dukung tanah dasar. Lalu, untuk memperbesar stabilitas konstruksi gedung terhadap gaya geser atau gaya guling yang mungkin terjadi. Karena dalam pembuatan basement akan dilakukan penggalian, jika berat tanah yang digali sama dengan berat bangunan di atasnya, maka secara teoritis tidak terjadi penurunan bangunan (Anonim, 2020).

Sedangkan fungsi lain dari penggunaan basemen biasanya adalah sebagai lahan parkir bagi para pengunjung agar hotel tidak terganggu dengan lahan parkir yang ada, menambah lahan parkir, dan juga untuk kepentingan lain seperti gudang atau yang lainnya.

v  Struktur Basemen

Secara garis besar terdiri dari :

a.      Raft foundation

b.      Kolom

c.      Dinding basemen

d.      Pelat lantai dan balok

v  Pelaksanaan struktur basemen

a.      Sistem Open Cut (Konvensional)

·         Pada sistem ini, struktur basement dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan galian selesai mencapai elevasi rencana.

·         Raft foundation dicor dengan metode papan catur, kemudian basement diselesaikan dari bawah ke atas dengan menggunakan scafolding.

·         Kolom, balok dan slab dicor di tempat.

·         Pada sistem ini sering tidak menggunakan dewatering cut off, tetapi menggunakan dewatering sitem predrainage dan struktur dinding penahan tanahnya menggunakan steel sheet pile.

·         Bila pekerjaan dewatering akan diberhentikan, harus dihitung lebih dulu apakah struktur basement yang telah selesai dibangun mampu menahan tekanan ke atas dari air tanah yang ada, agar tidak terjadi deformasi dari bangunan yang dapat menyebabkan keretakan struktur.

·         Kebocoran yang terjadi pada basement merupakan masalah yang tidak mudah mengatasinya dan bahkan memakan biaya yang besar. Oleh karena itu proses pengecoran pada struktur basement harus dilakukan dengan teliti dalam mencegah terjadinya kebocoran pada dinding atau lantai.

·         Proses pengecoran, baik lantai maupun dinding basement biasanya tidak mungkin dilakukan sekaligus, disamping luas arealnya juga volumenya cukup besar. Disini masalah kebocoran yang sering timbul sebagai akibat tidak rapatnya hubungan antara permukaan beton tahap pengecoran sebelumnya dengan permukaan beton tahap pengecoran berikutnya

·         Semakin banyak tahapan pengecorannya, maka semakin banyak titik lemah terhadap kemungkinan kebocoran

·         Untuk mengatasi kebocoran biasanya dilakukan 2 hal yaitu :

1.      Penggunaan water stop pada setiap sambungan tahap pengecoran.

2.      Menggunakan additive beton untuk waterprofing.

·         Posisi water stop biasanya ada 2 jenis yaitu dipasang ditengah ketebalan beton (central), dan dipasang rata dengan permukaan beton (external).

·         Material water stop terbuat dari karet/pvc, dan mudah disambung di lapangan dengan menggunakan alat pemanas saja.

·         Fungsi water stop ada 2 yaitu untuk expansion joint dan construction joint.

·         Sistem pemasangan water stop harus direncanakan dengan baik agar dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Water stop harus dipasang pada tempat yang direncanakan sebelum proses pengecoran beton dimulai. Oleh karena itu, letak water stop harus dikaitkan dengan kemampuan pengecoran yang ada, dan selama proses pengecoran letak water stop harus senantiasa dijaga (Brahmantyo, 2017).

Kelebihan dari sistem konvensional

·         Sumber daya manusia yang terlatih sudah banyak yang memadai.

·         Tidak membutuhkan teknologi yang tinggi.

·         Teknik pengendalian pelaksanaan konstruksi sudah dikuasai.

·         Biaya yang harus dikeluarkan relatif lebih murah.

Sedangkan untuk kekurangannya yaitu

·         Pelaksanaan dewatering harus lebih intensif.

·         Penggunaan “konstruksi sementara” sangat banyak.

·         Tidak memungkinkan untuk melaksanakan dengan super struktural secara efisien (Teknik Sipil Dopp, 2018).

 

b.     Sistem Top Down

·         Pada sistem ini, struktur basement dilaksanakan bersamaan dengan pekerjaan galian basement

·         Urutan penyelesaian balok dan plat lantainya dimulai dari atas ke bawah, dan selama proses pelaksanaan, struktur pelat dan balok tersebut didukung oleh tiang baja yang disebut King Post (yang dipasang bersamaan dengan bored pile)

·         Sedang dinding basement dicor lebih dulu dengan sistem diaphragm wall, dan sekaligus diaphragm wall tersebut berfungsi sebagai cut off dewatering.

·         Pada tahap 1 :

ü  Pengecoran bored pile dan pemasangan king post.

ü  Pengecoran diaphragm wall.

·         Pada tahap 2 dan seterusnya :

ü  Lantai basement 1 dicor di atas tanah dengan lantai kerja.

ü  Galian basement 1 dilaksanakan setelah lantai basement 1 cukup kekuatannya, menggunakan excavator kecil. Disediakan lubang lantai dan ramp sementara untuk pembuangan tanah galian.

ü  Lantai basement 2 dicor di atas tanah dengan lantai kerja.

ü  Galian basement 2 dilaksanakan seperti galian basement 1, begitu seterusnya.

ü  Terakhir mengecor raft foundation.

ü  King post dicor sebagai kolom struktur.

ü  Bila diperlukan, pada saat pelaksanaan basement dapat dimulai struktur atas, sesuai dengan kemampuan dari king post yang ada (sistem up & down).

·         Biasanya untuk penggalian basement digunakan alat khusus, seperti excavator ukuran kecil.

·         Bila jumlah lantai basement banyak, misal 5 lantai, maka untuk kelancaran pekerjaan, galian dilakukan langsung untuk 2 lantai sekaligus, sehingga space cukup tinggi untuk kebebasan proses penggalian.

·         Lantai yang dilalui, nantinya dilaksanakan dengan cara biasa, menggunakan scafolding (seperti pada sistem bottom up).

·         Bila struktur basement telah selesai, maka tiang king post di cor beton dan bila diperlukan dapat ditambah penulangannya.

·         Lubang-lubang lantai basement yang dipergunakan untuk pengangkutan tanah galian ditutup kembali.

·         Pengecoran struktur atas dilaksanakan seperti biasa yaitu dari bawah ke atas (Brahmantyo, 2017).

 

Kelebihan dari sistem top down adalah

·         Resiko teknis lebih kecil.

·         Jadwal pelaksanaan dapat dipercepat.

·         Relatif tidak mengganggu lingkungan.

   Sedangkan untuk kekurangannya

·           Diperlukan peralatan berat yang khusus

·           Sumber daya manusia yang ahli masih terbatas

·           Diperlukan pengetahuan spesifik untuk mengendalikan proyek (Teknik Sipil Dopp, 2018).

 

c.       Sistem Cut and Cover

Berbeda dengan metode open cut, pada metode ini sebelum dilakukan pekerjaan penggalian, di sekeliling lahan galian dipasang dinding penahan tanah (retaining wall) terlebih dahulu. Setelah dinding penahan tanah terpasang, maka dilakukan penggalian dari tanah permukaan (ground level) hingga ke dasar. Dinding penahan tanah ini berguna untuk menghindari terjadinya longsoran akibat tekanan tanah dari sisi luar ketika dilakukan penggalian galian dan pekerjaan konstruksi basement akan dikerjakan dari dasar galian dilanjutkan ke atas (bottom up). dinding penahan tanah juga dapat mencegah resiko terjadinya piping dan meminimalkan terjadinya penurunan pada lahan di sekeliling galian. Pada beberapa kasus, untuk memperkuat dan menjaga kestabilan dinding penahan tanah, maka dapat dipasang suatu support system, seperti strutting atau anchor. Metode ini cocok untuk pekerjaan penggalian yang cukup dalam (deep basement) dengan lokasi lahan yang cukup sempit dan terletak di kawasan yang padat. Selain itu, metode ini cocok dipakai untuk jenis tanah galian granular. Namun, jika jenis tanah pada lahan proyek bersifat ekspansif (dominan lempung atau lempung murni), maka metode ini juga cukup efektif untuk digunakan, dengan pertimbangan tidak perlu perawatan atau penanganan khusus untuk mencegah tanah tersebut mengembang (swell), karena ada dinding penahan tanah (retaining wall) yang menahan (Petra).

v  Jenis basemen

1.     English Basement

English basement atau biasa dikenal sebagai daylight basement terdapat pada sebuah rumah dimana lantai dasar rumah berada di atas tanah, sehingga pada basemen ini bisa dipasang jendela yang reasonably-sized. Basemen ini dapat digunakan sebagai garasi, ruang maintenance, tempat mencuci dan sebagainya.

2.      Walk-out Basement

Walk-out basement adalah ruang bawah tanah dimana sebagian di bawah tanah tetapi memungkinkan juga adanya jalan keluar secara langsung ke luar ruangan dan memiliki dinding mengambang. Jalan keluar ini bisa melalui tangga ataupun pintu karena memang sebagian dari basemen ini benar-benar berada di atas tanah. Kebanyakan dari basemen ini adalah daylight basement, yang membedakan adalah ketika seluruh ruang bawah tanah berada di bawah tanah, maka basemen itu disebut dengan daylight basement.

3. Subbasement

Subbasement adalah sebuah lantai dibawah basemen. Subbasement tidak memiliki pintu keluar ataupun jendela. Di sebuah rumah yang memiliki subbasement, semua bagian dari basemen itu bisa dipakai sebagai tempat relaksasi dan rekreasi lainnya, sedangkan subbasement itu menjadi tempat penyimpanan atau gudang (Anonim, 2021).

 

4.      Finished Fully Underground Cellar

Berdasarkan kamus oxford bahasa inggris, Finished Fully Underground Cellar adalah ruangan dibawah tanah di sebuah rumah yang menawarkan penggunaan sebagai penyimpanan wine atau coal. Alasannya adalah karena suhu pada gudang ini selalu dingin di segala musim, dan biasanya terdapat jendela kecil sebagai ventilasi agar ruangan tidak lembab atau pengap.

5.      Underground Crawl Space

Merupakan jenis basemen yang tingginya hanya 30 cm, dan permukaannya biasanya berupa tanah. Basemen ini digunakan sebagai ruang untuk penempatan pipa, struktur kecil lain, dan sebagainya. Biasanya basemen ini juga digunakan sebagai tempat penyimpanan untuk barang yang jarang dipakai lagi (Anonim, 2021).

6.      Basement Drainage System

Basemen ini adalah kunci agar basemen tidak banjir atau agar air keluar dari basemen. Ada beberapa tipe yaitu French drain dan sump pump (Shannon, 2021). French drain menjadi sebuah pilihan saat merenovasi rumah karena pemasangannya yang mudah, dengan menggali parit dan memasang pipa dibawah kerikil-kerikil. Dengan dipasangnya sistem ini, sistem drainase dalam basemen rumahpun akan teratasi. Basement sump pump adalah sebuah peralatan untuk mencegah air masuk dan mengeluarkan air dari dalam ruangan. Sebuah pompa dipasangkan di ruangan yang otomatis berfungsi untuk menghilangkan kelembaban setelah air mencapai tingkat tertentu.

B.     Pondasi

Pondasi yang digunakan dalam pembuatan bangunan bertingkat tentunya tipe pondasi dalam, artinya pondasi ini tertanam lebih dalam ke tanah dibandingkan dengan pondasi rumah biasa, seperti pondasi caissons, tiang pancang, piers, bor, frangkie pile, hammer pile dan sebagainya. Perbedaan dari pondasi pada rumah biasa dan gedung bertingkat

 

 

Pondasi Dangkal

Pondasi Dalam

Didirikan dekat dengan permukaan tanah (<3m)

Didirikan sangat dalam di bawah permukaan tanah (>3m)

Digunakan ketika permukaan tanah cukup kuat dan kaku untuk mendukung beban yang cukup pepat

Dapat digunakan untuk memindahkan pemuatan ke tingkat yang lebih dalam pada tanah yang dalam jika tidak cocok berada di dekat permukaan

Digunakan pada bangunan 1 lantai

Digunakan pada bangunan bertingkat

Tidak cocok digunakan pada struktur tanah yang lemah atau buruk seperti tanah gambut, lapisan tanah muda dan sebagainya.

Cocok digunakan dimana saja, karena struktur tanah yang buruk di permukaan dapat dihindari dengan penggalian tanah yang dalam.

Contoh : pondasi raft, rumah tapak, memanjang, setempat, sarang laba-laba.

Contoh : tiang pancang, piers, caissons, hammer pile, frangkin pile.

Sumber : (Ramadhan, 2017) & dokumen pribadi

C.    Sloof

Sloof adalah beton bertulang yang diletakkan secara horisontal di atas pondasi. Kesimpulannya, Sloof berfungsi mendistribusikan beban dari atas (dinding dan kolom) untuk disalurkan ke pondasi. Sehingga semua beban yang terdistribusikan ke dalam pondasi kurang lebih sama. Selain itu Sloof berfungsi sebagai pengikat antara dinding, kolom dan pondasi (Ramadhan, 2017). Untuk ukuran sloof sendiri bertambah besar seiring bertambahnya ukuran bangunan. Jenis-jenis dari sloof :

1.      Sloof dari Beton Bertulang

Konstruksi sloof ini bisa digunakan di atas pondasi batu kali apabila pondasi tersebut dimaksudkan untuk rumah atau gedung (bangunan) tidak bertingkat dengan perlengkapan kolom praktis pada jarak dinding kurang lebih 3 m. Untuk ukuran lebar / tinggi sloof beton bertulang adalah > 15/20 cm.

2.      Sloof dari Batu Bata

dibuat dari susunan batu bata yang di pasang dengan cara melintang dan diikat dengan adukan pasangan (1 bagian portland semen : 4 bagian pasir). Konstruksi rollag ini tidak memenuhi syarat untuk membagi beban.

3.      Sloof dari Bahan Kayu

Konstruksi rumah panggung dengan pondasi tiang kayu (misalnya di atas pondasi setempat), sloof dapat dibentuk sebagai balok pengapit. Jika sloof dari kayu ini terletak di atas pondasi lajur dari batu atau beton, maka dipilih balok tunggal.

   II.            Struktur Tengah

A.    Kolom

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Anonim, 2014). Membuat struktur kolom beton gedung bertingkat itu lebih rumit dan memerlukan ketelitian tinggi dibandingkan dengan membuat struktur beton rumah biasa. Karena dari fungsinya sendiri, kolom pada gedung bertingkat akan menampung beban yang lebih besar baik itu beban vertikal, horizontal dan momen apa saja yang di pikulnya. Selain itu juga, mereka para ahli teknik sipil berusaha agar biaya yang dikeluarkan bisa seefisien mungkin tanpa mengurangi faktor keamanan (Admin, 2017). Beberapa jenis kolom yaitu :

Ø  Berdasarkan Jenis Penguatan

1.      Kolom Terikat

 

Jenis kolom ini umumnya dibuat dari konstruksi beton bertulang. Penguatan longitudinal terbatas pada penguat ikatan yang berjarak dekat. Kebanyakan dari semua kolom yang ada di gedung-gedung saat ini adalah jenis kolom terikat.

2.      Kolom Spiral

Kolom spiral juga merupakan kolom yang dibuat dari konstruksi dari beton bertulang. Pada jenis kolom ini, batang kolom yang memanjang dibatasi dalam jarak yang dekat dan terus menerus diperkuat dengan tulangan spiral. Penguat spiral memberikan pengekangan lateral (efek Poisson) dan dapat mencegah kegagalan beban aksial (daktail).

3.      Kolom Komposit

Kolom komposit merupakan jenis kolom yang menggunakan tulangan berupa baja utuh seperti baja H atau baja I atau bisa juga dengan pipa baja. Kolom jenis ini memiliki kekuatan tinggi dengan penampang yang cukup kecil, selain itu kolom ini juga menunjukkan kinerja yang baik.

Ø  Berdasarkan Jenis Pembebanan atau Letak Pemuatan

1.      Kolom yang Dibebani Secara Aksial

Kolom yang Dibebani secara aksial adalah kolom yang beban aksial vertikalnya bekerja di pusat gravitasi dari penampang kolom. Kolom bermuatan aksial mulai jarang dibuat dalam konstruksi bangunan karena beban vertikal yang bertepatan pada pusat gravitasi menjadikan penampang kolom tidak praktis. Kolom hias interior bangunan bertingkat dengan muatan simetris dari pelat lantai pada semua sisi adalah contoh dari jenis kolom ini (Sagita, 2021).

2.      Kolom yang Memuat Eksentrik Uniaksial

Kolom dengan Memuat Eksentrik Uniaksial adalah kolom yang ketika beban vertikalnya tidak bertepatan dengan pusat gravitasi dari penampang kolom, tetapi bertindak secara eksentrik baik pada sumbu X atau Y dari penampang kolom. Kolom dengan pembebanan uniaksial umumnya ditemui dalam kasus kolom yang terhubung secara kaku dari satu sisi saja seperti kolom pada tepi bangunan.

3.      Kolom Dengan Pemuatan Eksentrik Biaksial

Kolom dengan Pemuatan Eksentrik Biaxial adala kolom yang ketika beban vertikal pada kolom tidak bertepatan dengan pusat gravitasi dari penampang kolom dan tidak bekerja pada kedua sumbu (sumbu X dan Y). Kolom dengan pemuatan biaksial adalah jenis kolom yang umum di sudut bangunan dengan balok yang terhubung secara kaku pada sudut di bagian atas kolom.

Ø  Berdasarkan Bahan Konstruksi

Bahan konstruksi pada kolom ada beton bertulang, baja, kayu, blok, dan batu kolom.

Keterangan :

A.    Bahan beton bertulang

B.     Bahan baja

C.     Bahan kayu

D.    Bahan batu bata

E.     Bahan blok

F.     Bahan batu kolom

          B.                     Tangga

Penggunaan tangga dalam bangunan bertingkat sangat penting untuk memudahkan mobilitas ke lantai sati dengan lantai yang lain. Jenis jenis dari tangga sebagai berikut :

1.      Model Tangga Lurus

Tangga ini biasa dikenal dengan nama One Wall Stairs. Sesuai dengan namanya, ciri tangga ini dapat mudah dikenali dari bentuknya yang lurus memanjang dari bawah ke atas tanpa ada kelokan

2.      Tangga Berbelok Bentuk L

Seperti namanya, tangga ini memiliki kelokan 900 menyerupai huruf L. Kelebihan utama dari tangga ini yakni tidak terlalu banyak memakan lahan, sehingga cocok digunakan pada hunian yang tidak terlalu luas.

3.      Tangga Berbalik Arah Bentuk U

Model tangga ini memiliki bentuk tangga berbalik arah, dan biasanya digunakan pada hunian-hunian bertingkat yang ukurannya tidak terlalu luas.

4.      Tangga Putar Bentuk Spiral

Bentuk dari tangga ini sangat mudah dikenali, yaitu bentuknya yang memutar atau spiral. Umumnya, jenis tangga ini ditempatkan di luar rumah atau digunakan untuk menjangkau area loteng. Namun, jenis tangga ini juga dijumpai di dalam rumah. Dari semua jenis tangga yang ada, tangga putar ini yang paling minimalis dalam penggunaan lahannya.

5.      Model Tangga Tris

Jenis tangga ini biasanya hanya memiliki dua hingga sepuluh anak tangga. Penggunaannya pun umumnya ditempatkan di area luar rumah antara permukaan tanah dengan teras utama rumah (Rahmatika, 2020).

C.    Balkon

Balkon merupakan teras lantai atas pada sebuah gedung atau apartemen . Fungsi balkon antara lain (Mahadi, 2019) :

1.      Memperluas ruangan.

2.      Memeperluas jarak pandang.

3.      Sebagai pelindung rumah.

4.      Menaikkan kualitas desain rumah.

5.      Batas level rumah.

6.      Penanda rumah.

7.      Mempercantik rumah.

8.      Sebagai kebun kecil.

9.      Sebagai tempat menjemur pakaian.

10.  Sebagai sarana menciptakan green house.

D.    Pelat Lantai

Pelat lantai adalah salah satu komponen penting dalam struktur bangunan bertingkat. Pelat ini merupakan pembatas antara tingkat satu dengan tingkat yang lain. Pemasangan plat lantai juga disertai balok-balok yang bertumpu pada kolom bangunan (Richard, 2020). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketebalan plat lantai yaitu :

·         Besar lendutan yang diinginkan

·         Jarak antar balok pendukung

·         Material konstruksi dan pelat lantai

Adapun fungsi pelat lantai adalah sebagai berikut:

1.      Sebagai pemisah ruang bawah dan ruang atas.

2.      Sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas.

3.      Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah.

4.      Meredam suara dari ruang atas maupun dari ruang bawah.

5.      Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal.

Penggunaan pelat lantai yang sering digunakan dalam sebuah bangunan bertingkat adalah pelat lantai beton (Sugiarto). Kelebihan dari pelat ini adalah :

1.      Mampu mendukung beban besar.

2.       Merupakan isolasi suara yang baik.

3.      Tidak dapat terbakar dan dapat lapis kedap air.

4.      Dapat dipasang tegel untuk keindahan lantai.

5.      Merupakan bahan yang kuat dan awet, tidak perlu perawatan dan dapat berumur panjang.

Jenis jenis pelat lantai

1.      Pelat Lantai Kayu

Pelat lantai kayu ialah pelat lantai yang terbuat dari kayu. Papan kayu yang dipakai umumnya memiliki ukuran lebar 20-30 cm, tebal 2-3 cm, dan panjang menyesuaikan. Papan-papan ini didukung oleh balok yang berukuran 8/12, 8/14, atau 10/14 dengan jarak 60-80 cm. Untuk bentangan 3-3,5 cm, balok kayu ini bisa dipasang di atas pasangan bata 1 batu atau balok beton agar daya dukung dan kekuatannya semakin tinggi.

Kelebihan pelat lantai kayu di antaranya anggaran yang dikeluarkan relatif murah, gampang dibuat, dan bobotnya cukup ringan. Di sisi lain, kekurangannya yaitu hanya bisa diterapkan di konstruksi sederhana, bersifat permeable, gampang terbakar, tidak bisa dilapisi ubin, cenderung tidak awet, dan terpengaruh cuaca.

2.      Pelat Lantai Beton

Persyaratan plat lantai yang dibuat dengan beton bertulang tercantum dalam buku SNI I beton 1991 yang meliputi ukuran ketebalan minimal pelat untuk lantai adalah 12 cm dan pelat untuk atap yaitu 7 cm. Pelat beton harus diisi tulangan baja lunak atau baja sedang yang ditumpuk silang dengan diameter minimum 8 mm. Pelat lantai yang mempunyai ketebalan lebih dari 25 cm wajib disokong tulangan baja rangkap di atas dan bawah.

Perhatikan jarak ideal tulangan pokok berkisar antara 2,5-20 cm atau 2 kali tebal pelat. Untuk melindunginya dari korosi, tulangan-tulangan baja tersebut juga harus terbungkus beton dengan ketebalan minimal 1 cm. Beton terbuat dari campuran semen, pasir, kerikil, air, dan admixture dengan perbandingan tertentu.

3.      Pelat Kayu Semen

Dinamakan pelat kayu semen karena pelat ini dibuat dari potongan-potongan kayu berukuran 80-90 cm yang dicampur dengan semen. Karena tergolong bahan bangunan yang baru, material ini masih jarang digunakan sebagai bahan pembuat struktur pelat lantai.

Pembangunan pelat kayu semen dimulai dengan memasang kayu bangkirai 5/7 dan berjarak 40 cm. Berikutnya susunan kayu tersebut dipasangi ring balk di atasnya, lalu dicor memakai beton. Terakhir lembaran-lembaran kayu semen ini dipasang secara berjejeran dan rapat di atas beton, kemudian ditancapkan baut agar terpasang sempurna (Admin, 2019).

E.     Ringbalk

Ring Balk atau juga biasa dikenal dengan Balok Ring adalah struktur bangunan yang terletak di atas dinding dan menjadi tumpuan atau dudukan dari rangka atap. Kontur ring balk sendiri biasanya dibuat seperti kontur sloof.

Jika dilihat dari gambar di atas, ring balk mengikat pasangan dinding satu dengan yang lainnya yang dipisahkan dengan kepala plesteran dinding. Ring balk memiliki fungsi menahan tekanan dari rangka atap dan meratakan beban ke struktur lainnya yang posisinya berada di bawah, seperti tekanan yang diterima oleh kaki kuda-kuda (Anonim, 2020).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

References

Admin. (2017). Retrieved from https://www.kolomsatu.com/membuat-struktur-kolom-beton-pada-gedung-bertingkat.html

Admin. (2019, Februari 16). Retrieved from https://asiaarsitek.com/proses-pembuatan-plat-lantai/

Anonim. (2014, September 3). Retrieved from https://dpupkp.bantulkab.go.id/berita/96-kolom-bangunan-pengertian-jenis-dan-fungsinya

Anonim. (2020). Retrieved from https://www.pengadaan.web.id/2020/09/pembangunan-basement.html

Anonim. (2020, Mei 25). Retrieved from https://www.pengadaan.web.id/2020/05/pengertian-ring-balk-dan-cara-pasangnya.html

Anonim. (2021, Agustus 25). Retrieved from https://en.wikipedia.org/wiki/Basement

Brahmantyo, D. (2017). 9-STRUKTUR BASEMENT. 1-15.

Mahadi, S. (2019, Mei 30). Retrieved from https://www.99.co/blog/indonesia/fungsi-balkon-rumah/

Petra, U. K. (n.d.). Retrieved from https://dewey.petra.ac.id/repository/jiunkpe/jiunkpe/s1/sip4/2010/jiunkpe-ns-s1-2010-21406012-15284-basement-chapter4.pdf

Rahmatika, E. (2020, April 14). Retrieved from https://www.99.co/blog/indonesia/model-tangga-rumah-paling-populer/

Ramadhan, M. (2017). Retrieved from https://www.asdar.id/perbedaan-pondasi-dangkal-dan-pondasi-dalam/

Ramadhan, M. (2017). Retrieved from https://www.asdar.id/pengertian-sloof/

Richard, T. (2020, Oktober 3). Retrieved from https://www.99.co/blog/indonesia/fungsi-kelebihan-plat-lantai-beton/

Sagita, I. O. (2021, Juni 22). Retrieved from https://www.anakteknik.co.id/ish_sagita/articles/18-jenis-kolom-bangunan-pada-konstruksi

Shannon, C. (2021). Retrieved from https://www.hgtv.com/design/remodel/interior-remodel/basement-drainage-systems

Studio, A. (2020). Retrieved from https://www.arsitur.com/2015/09/pengertian-basement.html

Sugiarto, S. (n.d.). TINJAUAN KEPUSTAKAAN. 4-6.

Teknik Sipil Dopp. (2018, November 29). Retrieved from https://www.tekniksipildopp.com/2018/11/metode-konstruksi-basement-bottom-up-dan-top-down.html