Struktur Bangunan 3
Lantai Atau Lebih
Sebenarnya struktur
bangunan tidak jauh berbeda dengan bangunan lantai 1, seperti ada pondasi,
sloof, kolom, pelat, atap, dan sebagainya. Perbedaannya yaitu pada penggunaan
jenis, ukuran, bentuk dari masing-masing struktur bangunan tersebut. Perbedaan
lainnya yaitu terletak pada tambahan elemen bangunannya. Pada bangunan lantai 3
atau lebih biasanya ada sebuah tangga atau lift, basemen, balkon dan lain-lain.
I.
Struktur Bawah
A. Basemen
Basement
adalah sebuah tingkat atau beberapa tingkat dari bangunan yang
keseluruhan atau sebagian terletak di bawah tanah. Basement adalah ruang bawah
tanah yang merupakan bagian dari bangunan gedung (Studio, 2020).
Gambar 1 Contoh basemen (arsitur.com)
Dari segi strukturnya
basemen fungsi basemen adalah untuk memperdalarn kedalaman dasar pondasi yang
memberikan pengaruh terhadap kenaikan besarnya daya dukung tanah dasar. Lalu,
untuk memperbesar stabilitas konstruksi gedung terhadap gaya geser atau gaya
guling yang mungkin terjadi. Karena dalam pembuatan basement akan dilakukan
penggalian, jika berat tanah yang digali sama dengan berat bangunan di atasnya,
maka secara teoritis tidak terjadi penurunan bangunan (Anonim, 2020).
Sedangkan fungsi lain
dari penggunaan basemen biasanya adalah sebagai lahan parkir bagi para
pengunjung agar hotel tidak terganggu dengan lahan parkir yang ada, menambah
lahan parkir, dan juga untuk kepentingan lain seperti gudang atau yang lainnya.
v Struktur Basemen
Secara garis besar
terdiri dari :
a. Raft foundation
b. Kolom
c. Dinding basemen
d. Pelat lantai dan
balok
v Pelaksanaan struktur basemen
a. Sistem Open Cut
(Konvensional)
· Pada sistem ini, struktur basement
dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan galian selesai mencapai elevasi rencana.
· Raft foundation dicor dengan metode
papan catur, kemudian basement diselesaikan dari bawah ke atas dengan
menggunakan scafolding.
· Kolom, balok dan slab dicor di tempat.
· Pada sistem ini sering tidak
menggunakan dewatering cut off, tetapi menggunakan dewatering sitem predrainage
dan struktur dinding penahan tanahnya menggunakan steel sheet pile.
· Bila pekerjaan dewatering akan
diberhentikan, harus dihitung lebih dulu apakah struktur basement yang telah
selesai dibangun mampu menahan tekanan ke atas dari air tanah yang ada, agar tidak
terjadi deformasi dari bangunan yang dapat menyebabkan keretakan struktur.
· Kebocoran yang terjadi pada basement
merupakan masalah yang tidak mudah mengatasinya dan bahkan memakan biaya yang
besar. Oleh karena itu proses pengecoran pada struktur basement harus dilakukan
dengan teliti dalam mencegah terjadinya kebocoran pada dinding atau lantai.
· Proses pengecoran, baik lantai maupun
dinding basement biasanya tidak mungkin dilakukan sekaligus, disamping luas
arealnya juga volumenya cukup besar. Disini masalah kebocoran yang sering
timbul sebagai akibat tidak rapatnya hubungan antara permukaan beton tahap
pengecoran sebelumnya dengan permukaan beton tahap pengecoran berikutnya
· Semakin banyak tahapan pengecorannya,
maka semakin banyak titik lemah terhadap kemungkinan kebocoran
· Untuk mengatasi kebocoran biasanya
dilakukan 2 hal yaitu :
1. Penggunaan water stop
pada setiap sambungan tahap pengecoran.
2. Menggunakan additive
beton untuk waterprofing.
· Posisi water stop biasanya ada 2 jenis
yaitu dipasang ditengah ketebalan beton (central), dan dipasang rata dengan
permukaan beton (external).
· Material water stop terbuat dari
karet/pvc, dan mudah disambung di lapangan dengan menggunakan alat pemanas
saja.
· Fungsi water stop ada 2 yaitu untuk
expansion joint dan construction joint.
· Sistem pemasangan water stop harus
direncanakan dengan baik agar dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan.
Water stop harus dipasang pada tempat yang direncanakan sebelum proses
pengecoran beton dimulai. Oleh karena itu, letak water stop harus dikaitkan
dengan kemampuan pengecoran yang ada, dan selama proses pengecoran letak water
stop harus senantiasa dijaga (Brahmantyo, 2017).
Kelebihan dari sistem konvensional
· Sumber daya manusia yang terlatih sudah
banyak yang memadai.
· Tidak membutuhkan teknologi yang
tinggi.
· Teknik pengendalian pelaksanaan
konstruksi sudah dikuasai.
· Biaya yang harus dikeluarkan relatif
lebih murah.
Sedangkan untuk
kekurangannya yaitu
· Pelaksanaan dewatering harus lebih
intensif.
· Penggunaan “konstruksi sementara”
sangat banyak.
· Tidak memungkinkan untuk melaksanakan
dengan super struktural secara efisien (Teknik Sipil Dopp, 2018).
b. Sistem Top Down
· Pada sistem ini, struktur basement
dilaksanakan bersamaan dengan pekerjaan galian basement
· Urutan penyelesaian balok dan plat
lantainya dimulai dari atas ke bawah, dan selama proses pelaksanaan, struktur
pelat dan balok tersebut didukung oleh tiang baja yang disebut King Post (yang
dipasang bersamaan dengan bored pile)
· Sedang dinding basement dicor lebih
dulu dengan sistem diaphragm wall, dan sekaligus diaphragm wall tersebut
berfungsi sebagai cut off dewatering.
· Pada tahap 1 :
ü Pengecoran bored pile dan pemasangan king post.
ü Pengecoran diaphragm wall.
· Pada tahap 2 dan seterusnya :
ü Lantai basement 1 dicor di atas tanah dengan lantai kerja.
ü Galian basement 1 dilaksanakan setelah lantai basement 1 cukup
kekuatannya, menggunakan excavator kecil. Disediakan lubang lantai dan ramp
sementara untuk pembuangan tanah galian.
ü Lantai basement 2 dicor di atas tanah dengan lantai kerja.
ü Galian basement 2 dilaksanakan seperti galian basement 1, begitu
seterusnya.
ü Terakhir mengecor raft foundation.
ü King post dicor sebagai kolom struktur.
ü Bila diperlukan, pada saat pelaksanaan basement dapat dimulai struktur
atas, sesuai dengan kemampuan dari king post yang ada (sistem up & down).
· Biasanya untuk penggalian basement
digunakan alat khusus, seperti excavator ukuran kecil.
· Bila jumlah lantai basement banyak,
misal 5 lantai, maka untuk kelancaran pekerjaan, galian dilakukan langsung
untuk 2 lantai sekaligus, sehingga space cukup tinggi untuk kebebasan proses
penggalian.
· Lantai yang dilalui, nantinya
dilaksanakan dengan cara biasa, menggunakan scafolding (seperti pada sistem
bottom up).
· Bila struktur basement telah selesai,
maka tiang king post di cor beton dan bila diperlukan dapat ditambah
penulangannya.
· Lubang-lubang lantai basement yang
dipergunakan untuk pengangkutan tanah galian ditutup kembali.
· Pengecoran struktur atas dilaksanakan
seperti biasa yaitu dari bawah ke atas (Brahmantyo, 2017).
Kelebihan dari sistem
top down adalah
·
Resiko teknis lebih kecil.
·
Jadwal pelaksanaan dapat dipercepat.
·
Relatif tidak mengganggu lingkungan.
Sedangkan
untuk kekurangannya
· Diperlukan peralatan berat yang khusus
· Sumber daya manusia yang ahli masih
terbatas
· Diperlukan pengetahuan spesifik untuk
mengendalikan proyek (Teknik Sipil Dopp, 2018).
c. Sistem Cut and Cover
Berbeda dengan metode
open cut, pada metode ini sebelum dilakukan pekerjaan penggalian, di sekeliling
lahan galian dipasang dinding penahan tanah (retaining wall) terlebih dahulu.
Setelah dinding penahan tanah terpasang, maka dilakukan penggalian dari tanah
permukaan (ground level) hingga ke dasar. Dinding penahan tanah ini berguna
untuk menghindari terjadinya longsoran akibat tekanan tanah dari sisi luar
ketika dilakukan penggalian galian dan pekerjaan konstruksi basement akan
dikerjakan dari dasar galian dilanjutkan ke atas (bottom up). dinding penahan
tanah juga dapat mencegah resiko terjadinya piping dan meminimalkan terjadinya
penurunan pada lahan di sekeliling galian. Pada beberapa kasus, untuk
memperkuat dan menjaga kestabilan dinding penahan tanah, maka dapat dipasang
suatu support system, seperti strutting atau anchor. Metode ini cocok untuk
pekerjaan penggalian yang cukup dalam (deep basement) dengan lokasi lahan yang
cukup sempit dan terletak di kawasan yang padat. Selain itu, metode ini cocok
dipakai untuk jenis tanah galian granular. Namun, jika jenis tanah pada lahan
proyek bersifat ekspansif (dominan lempung atau lempung murni), maka metode ini
juga cukup efektif untuk digunakan, dengan pertimbangan tidak perlu perawatan
atau penanganan khusus untuk mencegah tanah tersebut mengembang (swell), karena
ada dinding penahan tanah (retaining wall) yang menahan (Petra).
v Jenis basemen
1. English Basement
English basement atau
biasa dikenal sebagai daylight basement terdapat pada sebuah rumah dimana
lantai dasar rumah berada di atas tanah, sehingga pada basemen ini bisa
dipasang jendela yang reasonably-sized. Basemen ini dapat digunakan sebagai
garasi, ruang maintenance, tempat mencuci dan sebagainya.
2. Walk-out Basement
Walk-out basement
adalah ruang bawah tanah dimana sebagian di bawah tanah tetapi memungkinkan
juga adanya jalan keluar secara langsung ke luar ruangan dan memiliki dinding
mengambang. Jalan keluar ini bisa melalui tangga ataupun pintu karena memang
sebagian dari basemen ini benar-benar berada di atas tanah. Kebanyakan dari
basemen ini adalah daylight basement, yang membedakan adalah ketika seluruh
ruang bawah tanah berada di bawah tanah, maka basemen itu disebut dengan
daylight basement.
3. Subbasement
Subbasement adalah
sebuah lantai dibawah basemen. Subbasement tidak memiliki pintu keluar ataupun
jendela. Di sebuah rumah yang memiliki subbasement, semua bagian dari basemen
itu bisa dipakai sebagai tempat relaksasi dan rekreasi lainnya, sedangkan subbasement
itu menjadi tempat penyimpanan atau gudang (Anonim, 2021).
4. Finished Fully Underground Cellar
Berdasarkan kamus
oxford bahasa inggris, Finished Fully Underground Cellar adalah ruangan dibawah
tanah di sebuah rumah yang menawarkan penggunaan sebagai penyimpanan wine atau
coal. Alasannya adalah karena suhu pada gudang ini selalu dingin di segala musim,
dan biasanya terdapat jendela kecil sebagai ventilasi agar ruangan tidak lembab
atau pengap.
5. Underground Crawl Space
Merupakan jenis
basemen yang tingginya hanya 30 cm, dan permukaannya biasanya berupa tanah.
Basemen ini digunakan sebagai ruang untuk penempatan pipa, struktur kecil lain,
dan sebagainya. Biasanya basemen ini juga digunakan sebagai tempat penyimpanan
untuk barang yang jarang dipakai lagi (Anonim, 2021).
6. Basement Drainage System
Basemen ini adalah
kunci agar basemen tidak banjir atau agar air keluar dari basemen. Ada beberapa
tipe yaitu French drain dan sump pump (Shannon, 2021). French drain menjadi
sebuah pilihan saat merenovasi rumah karena pemasangannya yang mudah, dengan menggali
parit dan memasang pipa dibawah kerikil-kerikil. Dengan dipasangnya sistem ini,
sistem drainase dalam basemen rumahpun akan teratasi. Basement sump pump adalah
sebuah peralatan untuk mencegah air masuk dan mengeluarkan air dari dalam
ruangan. Sebuah pompa dipasangkan di ruangan yang otomatis berfungsi untuk
menghilangkan kelembaban setelah air mencapai tingkat tertentu.
B. Pondasi
Pondasi yang
digunakan dalam pembuatan bangunan bertingkat tentunya tipe pondasi dalam,
artinya pondasi ini tertanam lebih dalam ke tanah dibandingkan dengan pondasi
rumah biasa, seperti pondasi caissons, tiang pancang, piers, bor, frangkie
pile, hammer pile dan sebagainya. Perbedaan dari pondasi pada rumah biasa dan
gedung bertingkat
Pondasi Dangkal
|
Pondasi Dalam
|
Didirikan dekat
dengan permukaan tanah (<3m)
|
Didirikan sangat
dalam di bawah permukaan tanah (>3m)
|
Digunakan ketika
permukaan tanah cukup kuat dan kaku untuk mendukung beban yang cukup pepat
|
Dapat
digunakan untuk memindahkan pemuatan ke tingkat yang lebih dalam pada tanah
yang dalam jika tidak cocok berada di dekat permukaan
|
Digunakan pada
bangunan 1 lantai
|
Digunakan pada
bangunan bertingkat
|
Tidak cocok
digunakan pada struktur tanah yang lemah atau buruk seperti tanah gambut,
lapisan tanah muda dan sebagainya.
|
Cocok digunakan
dimana saja, karena struktur tanah yang buruk di permukaan dapat dihindari
dengan penggalian tanah yang dalam.
|
Contoh : pondasi
raft, rumah tapak, memanjang, setempat, sarang laba-laba.
|
Contoh : tiang
pancang, piers, caissons, hammer pile, frangkin pile.
|
Sumber : (Ramadhan,
2017) & dokumen pribadi
C. Sloof
Sloof adalah beton
bertulang yang diletakkan secara horisontal di atas pondasi. Kesimpulannya,
Sloof berfungsi mendistribusikan beban dari atas (dinding dan kolom) untuk
disalurkan ke pondasi. Sehingga semua beban yang terdistribusikan ke dalam
pondasi kurang lebih sama. Selain itu Sloof berfungsi sebagai pengikat antara
dinding, kolom dan pondasi (Ramadhan, 2017). Untuk ukuran sloof sendiri
bertambah besar seiring bertambahnya ukuran bangunan. Jenis-jenis dari sloof :
1. Sloof dari Beton Bertulang
Konstruksi sloof ini
bisa digunakan di atas pondasi batu kali apabila pondasi tersebut dimaksudkan
untuk rumah atau gedung (bangunan) tidak bertingkat dengan perlengkapan kolom
praktis pada jarak dinding kurang lebih 3 m. Untuk ukuran lebar / tinggi sloof
beton bertulang adalah > 15/20 cm.
2. Sloof dari Batu Bata
dibuat dari susunan
batu bata yang di pasang dengan cara melintang dan diikat dengan adukan
pasangan (1 bagian portland semen : 4 bagian pasir). Konstruksi rollag ini
tidak memenuhi syarat untuk membagi beban.
3. Sloof dari Bahan Kayu
Konstruksi rumah
panggung dengan pondasi tiang kayu (misalnya di atas pondasi setempat), sloof
dapat dibentuk sebagai balok pengapit. Jika sloof dari kayu ini terletak di
atas pondasi lajur dari batu atau beton, maka dipilih balok tunggal.
II.
Struktur Tengah
A. Kolom
Kolom adalah batang
tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom
merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu
bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang
dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh
total (total collapse) seluruh struktur (Anonim, 2014). Membuat struktur kolom
beton gedung bertingkat itu lebih rumit dan memerlukan ketelitian tinggi
dibandingkan dengan membuat struktur beton rumah biasa. Karena dari fungsinya
sendiri, kolom pada gedung bertingkat akan menampung beban yang lebih besar
baik itu beban vertikal, horizontal dan momen apa saja yang di pikulnya. Selain
itu juga, mereka para ahli teknik sipil berusaha agar biaya yang dikeluarkan
bisa seefisien mungkin tanpa mengurangi faktor keamanan (Admin, 2017). Beberapa
jenis kolom yaitu :
Ø Berdasarkan Jenis Penguatan
1. Kolom Terikat
Jenis kolom ini
umumnya dibuat dari konstruksi beton bertulang. Penguatan longitudinal terbatas
pada penguat ikatan yang berjarak dekat. Kebanyakan dari semua kolom yang ada
di gedung-gedung saat ini adalah jenis kolom terikat.
2. Kolom Spiral
Kolom spiral juga
merupakan kolom yang dibuat dari konstruksi dari beton bertulang. Pada jenis
kolom ini, batang kolom yang memanjang dibatasi dalam jarak yang dekat dan
terus menerus diperkuat dengan tulangan spiral. Penguat spiral memberikan
pengekangan lateral (efek Poisson) dan dapat mencegah kegagalan beban aksial
(daktail).
3. Kolom Komposit
Kolom komposit
merupakan jenis kolom yang menggunakan tulangan berupa baja utuh seperti baja H
atau baja I atau bisa juga dengan pipa baja. Kolom jenis ini memiliki kekuatan
tinggi dengan penampang yang cukup kecil, selain itu kolom ini juga menunjukkan
kinerja yang baik.
Ø Berdasarkan Jenis Pembebanan atau Letak Pemuatan
1. Kolom yang Dibebani Secara Aksial
Kolom yang Dibebani
secara aksial adalah kolom yang beban aksial vertikalnya bekerja di pusat
gravitasi dari penampang kolom. Kolom bermuatan aksial mulai jarang dibuat
dalam konstruksi bangunan karena beban vertikal yang bertepatan pada pusat
gravitasi menjadikan penampang kolom tidak praktis. Kolom hias interior
bangunan bertingkat dengan muatan simetris dari pelat lantai pada semua sisi
adalah contoh dari jenis kolom ini (Sagita, 2021).
2. Kolom yang Memuat Eksentrik Uniaksial
Kolom dengan Memuat
Eksentrik Uniaksial adalah kolom yang ketika beban vertikalnya tidak bertepatan
dengan pusat gravitasi dari penampang kolom, tetapi bertindak secara eksentrik
baik pada sumbu X atau Y dari penampang kolom. Kolom dengan pembebanan
uniaksial umumnya ditemui dalam kasus kolom yang terhubung secara kaku dari
satu sisi saja seperti kolom pada tepi bangunan.
3. Kolom Dengan Pemuatan Eksentrik Biaksial
Kolom dengan Pemuatan
Eksentrik Biaxial adala kolom yang ketika beban vertikal pada kolom tidak
bertepatan dengan pusat gravitasi dari penampang kolom dan tidak bekerja pada
kedua sumbu (sumbu X dan Y). Kolom dengan pemuatan biaksial adalah jenis kolom
yang umum di sudut bangunan dengan balok yang terhubung secara kaku pada sudut
di bagian atas kolom.
Ø Berdasarkan Bahan Konstruksi
Bahan konstruksi pada
kolom ada beton bertulang, baja, kayu, blok, dan batu kolom.
Keterangan :
A. Bahan beton
bertulang
B. Bahan baja
C. Bahan kayu
D. Bahan batu bata
E. Bahan blok
F. Bahan batu kolom
|
B. Tangga
Penggunaan tangga
dalam bangunan bertingkat sangat penting untuk memudahkan mobilitas ke lantai
sati dengan lantai yang lain. Jenis jenis dari tangga sebagai berikut :
1. Model Tangga Lurus
Tangga ini biasa
dikenal dengan nama One Wall Stairs. Sesuai dengan namanya, ciri tangga ini
dapat mudah dikenali dari bentuknya yang lurus memanjang dari bawah ke atas
tanpa ada kelokan
2. Tangga Berbelok
Bentuk L
Seperti namanya, tangga ini memiliki kelokan 900 menyerupai huruf L.
Kelebihan utama dari tangga ini yakni tidak terlalu banyak memakan lahan,
sehingga cocok digunakan pada hunian yang tidak terlalu luas.
3. Tangga Berbalik Arah
Bentuk U
Model tangga ini
memiliki bentuk tangga berbalik arah, dan biasanya digunakan pada hunian-hunian
bertingkat yang ukurannya tidak terlalu luas.
4. Tangga Putar Bentuk
Spiral
Bentuk dari tangga
ini sangat mudah dikenali, yaitu bentuknya yang memutar atau spiral. Umumnya,
jenis tangga ini ditempatkan di luar rumah atau digunakan untuk menjangkau area
loteng. Namun, jenis tangga ini juga dijumpai di dalam rumah. Dari semua jenis tangga
yang ada, tangga putar ini yang paling minimalis dalam penggunaan lahannya.
5. Model Tangga Tris
Jenis tangga ini
biasanya hanya memiliki dua hingga sepuluh anak tangga. Penggunaannya pun
umumnya ditempatkan di area luar rumah antara permukaan tanah dengan teras
utama rumah (Rahmatika, 2020).
C. Balkon
Balkon merupakan
teras lantai atas pada sebuah gedung atau apartemen . Fungsi balkon antara lain
(Mahadi, 2019) :
1. Memperluas ruangan.
2. Memeperluas jarak
pandang.
3. Sebagai pelindung
rumah.
4. Menaikkan kualitas
desain rumah.
5. Batas level rumah.
6. Penanda rumah.
7. Mempercantik rumah.
8. Sebagai kebun kecil.
9. Sebagai tempat
menjemur pakaian.
10. Sebagai sarana menciptakan green house.
D. Pelat Lantai
Pelat lantai adalah
salah satu komponen penting dalam struktur bangunan bertingkat. Pelat ini
merupakan pembatas antara tingkat satu dengan tingkat yang lain. Pemasangan
plat lantai juga disertai balok-balok yang bertumpu pada kolom bangunan
(Richard, 2020). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketebalan plat lantai
yaitu :
· Besar lendutan yang diinginkan
· Jarak antar balok pendukung
· Material konstruksi dan pelat lantai
Adapun fungsi pelat lantai adalah
sebagai berikut:
1. Sebagai pemisah ruang bawah dan ruang
atas.
2. Sebagai tempat berpijak penghuni di
lantai atas.
3. Untuk menempatkan kabel listrik dan
lampu pada ruang bawah.
4. Meredam suara dari ruang atas maupun
dari ruang bawah.
5. Menambah kekakuan bangunan pada arah
horizontal.
Penggunaan pelat
lantai yang sering digunakan dalam sebuah bangunan bertingkat adalah pelat
lantai beton (Sugiarto). Kelebihan dari pelat ini adalah :
1. Mampu mendukung beban besar.
2. Merupakan isolasi suara yang baik.
3. Tidak dapat terbakar dan dapat lapis
kedap air.
4. Dapat dipasang tegel untuk keindahan
lantai.
5. Merupakan bahan yang kuat dan awet,
tidak perlu perawatan dan dapat berumur panjang.
Jenis jenis pelat
lantai
1. Pelat Lantai Kayu
Pelat lantai kayu
ialah pelat lantai yang terbuat dari kayu. Papan kayu yang dipakai umumnya
memiliki ukuran lebar 20-30 cm, tebal 2-3 cm, dan panjang menyesuaikan.
Papan-papan ini didukung oleh balok yang berukuran 8/12, 8/14, atau 10/14
dengan jarak 60-80 cm. Untuk bentangan 3-3,5 cm, balok kayu ini bisa dipasang
di atas pasangan bata 1 batu atau balok beton agar daya dukung dan kekuatannya
semakin tinggi.
Kelebihan pelat
lantai kayu di antaranya anggaran yang dikeluarkan relatif murah, gampang
dibuat, dan bobotnya cukup ringan. Di sisi lain, kekurangannya yaitu hanya bisa
diterapkan di konstruksi sederhana, bersifat permeable, gampang terbakar, tidak
bisa dilapisi ubin, cenderung tidak awet, dan terpengaruh cuaca.
2. Pelat Lantai Beton
Persyaratan plat
lantai yang dibuat dengan beton bertulang tercantum dalam buku SNI I beton 1991
yang meliputi ukuran ketebalan minimal pelat untuk lantai adalah 12 cm dan
pelat untuk atap yaitu 7 cm. Pelat beton harus diisi tulangan baja lunak atau
baja sedang yang ditumpuk silang dengan diameter minimum 8 mm. Pelat lantai
yang mempunyai ketebalan lebih dari 25 cm wajib disokong tulangan baja rangkap
di atas dan bawah.
Perhatikan jarak
ideal tulangan pokok berkisar antara 2,5-20 cm atau 2 kali tebal pelat. Untuk
melindunginya dari korosi, tulangan-tulangan baja tersebut juga harus
terbungkus beton dengan ketebalan minimal 1 cm. Beton terbuat dari campuran
semen, pasir, kerikil, air, dan admixture dengan perbandingan tertentu.
3. Pelat Kayu Semen
Dinamakan pelat
kayu semen karena pelat ini dibuat dari potongan-potongan kayu berukuran 80-90
cm yang dicampur dengan semen. Karena tergolong bahan bangunan yang baru,
material ini masih jarang digunakan sebagai bahan pembuat struktur pelat
lantai.
Pembangunan pelat
kayu semen dimulai dengan memasang kayu bangkirai 5/7 dan berjarak 40 cm.
Berikutnya susunan kayu tersebut dipasangi ring balk di atasnya, lalu dicor
memakai beton. Terakhir lembaran-lembaran kayu semen ini dipasang secara
berjejeran dan rapat di atas beton, kemudian ditancapkan baut agar terpasang
sempurna (Admin, 2019).
E. Ringbalk
Ring Balk atau juga
biasa dikenal dengan Balok Ring adalah struktur bangunan yang terletak di atas
dinding dan menjadi tumpuan atau dudukan dari rangka atap. Kontur ring balk
sendiri biasanya dibuat seperti kontur sloof.
Jika dilihat dari
gambar di atas, ring balk mengikat pasangan dinding satu dengan yang lainnya
yang dipisahkan dengan kepala plesteran dinding. Ring balk memiliki
fungsi menahan tekanan dari rangka atap dan meratakan beban ke struktur lainnya
yang posisinya berada di bawah, seperti tekanan yang diterima oleh kaki
kuda-kuda (Anonim, 2020).
References
Admin. (2017). Retrieved from
https://www.kolomsatu.com/membuat-struktur-kolom-beton-pada-gedung-bertingkat.html
Admin. (2019, Februari 16). Retrieved
from https://asiaarsitek.com/proses-pembuatan-plat-lantai/
Anonim. (2014, September 3). Retrieved
from https://dpupkp.bantulkab.go.id/berita/96-kolom-bangunan-pengertian-jenis-dan-fungsinya
Anonim. (2020). Retrieved from
https://www.pengadaan.web.id/2020/09/pembangunan-basement.html
Anonim. (2020, Mei 25). Retrieved from
https://www.pengadaan.web.id/2020/05/pengertian-ring-balk-dan-cara-pasangnya.html
Anonim. (2021, Agustus 25). Retrieved
from https://en.wikipedia.org/wiki/Basement
Brahmantyo, D. (2017). 9-STRUKTUR
BASEMENT. 1-15.
Mahadi, S. (2019, Mei 30). Retrieved
from https://www.99.co/blog/indonesia/fungsi-balkon-rumah/
Petra, U. K. (n.d.). Retrieved from
https://dewey.petra.ac.id/repository/jiunkpe/jiunkpe/s1/sip4/2010/jiunkpe-ns-s1-2010-21406012-15284-basement-chapter4.pdf
Rahmatika, E. (2020, April 14).
Retrieved from
https://www.99.co/blog/indonesia/model-tangga-rumah-paling-populer/
Ramadhan, M. (2017). Retrieved from
https://www.asdar.id/perbedaan-pondasi-dangkal-dan-pondasi-dalam/
Ramadhan, M. (2017). Retrieved from
https://www.asdar.id/pengertian-sloof/
Richard, T. (2020, Oktober 3).
Retrieved from
https://www.99.co/blog/indonesia/fungsi-kelebihan-plat-lantai-beton/
Sagita, I. O. (2021, Juni 22).
Retrieved from https://www.anakteknik.co.id/ish_sagita/articles/18-jenis-kolom-bangunan-pada-konstruksi
Shannon, C. (2021). Retrieved from
https://www.hgtv.com/design/remodel/interior-remodel/basement-drainage-systems
Studio, A. (2020). Retrieved from
https://www.arsitur.com/2015/09/pengertian-basement.html
Sugiarto, S. (n.d.). TINJAUAN
KEPUSTAKAAN. 4-6.
Teknik Sipil Dopp. (2018, November 29).
Retrieved from
https://www.tekniksipildopp.com/2018/11/metode-konstruksi-basement-bottom-up-dan-top-down.html